- . Jelaskan perbedaan antara tablegh, khotbah dan dakwah !
- pada hakikatnya dakwah harus berpegang pada 3 prinsip, bilhikmah, mauidhah hasanah dan mujadalah billati hiya ahsan. Jelaskan maksud 3 prinsip tersebut sesuai QS. An Nahl 125 !
- Siapakah yang berkewajiban untuk bedakwah ?
- Jelaskan macam-macam dakwah di bawah ini :
- Dakwah bil hal
- Dakwah bil lisan
- Dakwah bil qolbu. Beri contoh masin-masing !
JAWABAN
1.
·
Khotbah adalah berpidato pada
rangkaian shalat Jumat yang berisi menyampaikan pesan tentang bertakwa kepada
Allah SWT. Dengan syarat-syarat tertentu.
·
Tablig Menurut bahasa Arab tablig berarti menyampaikan.
Menurut istilah arinya menyampaikan perintah dan larangan Allah SWT. sebagai
ajaran agama agar manusoa beriman kepadanya. Orang yang memiliki keahlian
bertablig disebut muballig. Berikut adalah salah satu hadist yang membahas
tentang tablig :
“Sampaikanlah dariku walau
satu ayat”(HR
Bukhari)
·
Dakwah dalam bahasa Arab berarti
mngajak atau menyeru. Menurut istilah dakwah merupakan mengajak manusia
untuk mengikuti kebenaran berdasarkan Al Quran dan hadist sebagai sumber ajaran
Islam agar manusia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Berikut
adalah salah satu hadist yang membahas dakwa :
“Barang
siapa yang mengajak orang ke jalan baik, maka akan mendapatkan pahala sebanyak
pahala orang yang mengikutinya.” (HR
Muslim)
2.
· Berdakwah
dengan Hikmah (bil hikmah).
Dakwah bil
Hikmah Yakni menyampaikan dakwah dengan
cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga
pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak
merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi
al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan
atas dasar persuasif.
· Berdakwah
dengan al-Mau’idzah al-hasana ( pelajaran yang baik )
Dalam tafsir Al-Baghawi dijelaskan bahwa berdakwah dengan al-mau’idzah
al-hasanah adalah mengajak manusia dengan memberikan motivasi dan juga
penakutan atas perbuatan buruk yang dilakuakan. Selain itu diartikan pula bahwa
maksud dari al-mau’idzah al-hasanah adalah ucapan yang lembut yang tidak
mengandung kekerasan.
Dalam kitab zad al-Masir fi ‘ilmi al-Tafsir milik Jamal al-Din ‘Abdu al-Rahman
al-Jauzi disebutkan bahwa makna dari al-mau’idzah al-hasanah ada dua yang
pertama adalah pelajaran dari Al-Qur’an berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas dan
yang kedua adalah adab yang baik yang telah ma’ruf.
Dari pengertian di atas maka al-mau’idzah al-hasanah mengandung beberapa hal berikut
:
a. Nasihat ataupun petuah
b. Bimbingan dan pengajaran
c. Kisah – kisah
d. Kabar gembira dan
peringatan
e. Wasiat ( pesan – pesan
positif )
Dari kandungan – kandungan
di atas maka al-mau’idzah al-hasanah akan mengandung arti kata – kata yang
masuk ke dalam hati dengan penuh kasih saying dank e dalam perasaan dengan
penuh kelembutan di mana hal itu lebih dapat memberikan dampak pada orang yang
didakwahi.
·
Berdakwah dengan melakukan
bantahan dengan cara yang baik(mujadalah billati hiya ahsan).
Dalam pengerian bahasa kata mujadalah diambil dari kata jadala yang berarti
memintal, ataupun melilit. Kemudian kata tersebut diikutkan pasda wazan faa’ala
menjadi kata jaadala yang berarti berdebat atau berbantahan dengan.
Secara istilah kata mujaadalah memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Menurut Sayyid Muhammad
Thanthawi mujadalah berarti upaya untuk mengalahkan pendapat lawan dengan
memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.
b. Menurut tafsir Al-Nasafi
kata tersebut berarti berbantahan dengan jalan sebaik – baiknya antara lain
denga perkataan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan perkataan yang kasar
atau dengan mempergunakan suatu perkataan yang bisa menyadarkan hati,
membangunkan jiwa dan menerangi akal pikiran.
Begitulah tiga prinsip
dakwah yang telah disebutkan dalam surah An-nahl ayat 125. Setelah hal tersebut
Allah menutup dengan firman-Nya :
إِنَّ
رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”
3. Setiap muslim. Dakwah bukanlah monopoli para
kiyai, para ustadz, dan para muballigh saja. Rasulullah saw bersabda, “Ballighuu ‘anni walau aayah
(Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat).” Ini artinya apapun kebenaran yang
sudah kita ketahui hendaknya kita sampaikan dan kita dakwahkan kepada orang
lain. Jika kita sudah tahu alif, kita sampaikan alif itu kepada orang lain.
Jika kita sudah tahu alif, ba’ dan ta’ maka kita sampaikan alif, ba’ dan ta’
itu kepada orang lain. Yang tidak mungkin dan tidak boleh kita lakukan adalah
mendakwahkan alif, ba’ dan ta’ padahal kita baru mengetahui alif saja.
Berdakwah
tidaklah harus menunggu diri kita sempurna, karena tidak mungkin ada manusia
yang sempurna. Disamping itu, berdakwah pada dasarnya juga membina diri kita
sendiri. Ketika kita berdakwah, pada saat yang sama kita juga menasehati diri
kita sendiri. Dengan demikian, dengan berdakwah kita justru akan semakin
terpacu untuk meningkatkan kualitas diri.
4.
·
Dakwah bil al-Hal
adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan
nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad'ulah)
mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da'i (juru dakwah). Dakwah jenis ini
mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah.
Contoh :
setiap ada orang yang bangun
rumah ,mereka saling bergotong royong, dll.
·
Dakwah bil lisan
adalah
penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi
langsung antara subyek dan obyek dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif
bila: disampaikan berkaitan dengan hari ibadah.
Contoh :
khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah
praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan
hadirin.
·
DAKWAH BIL QOLBI
Hal ketiga yang tidak kalah pentingnya bagi
seorang dai adalah senantiasa berdoa untuk diri sendiri maupun untuk orang lain
agar di berikan kemudahan dalam berdakwa dan bagi orang lain semoga senantiasa
di berikan keteguhan dan petunjuk ke jalan yang lurus, dan untuk selanjutnya
meninggalkan kemaksiatan dan bertaubat.
Contoh: Seorang
penguasa yg berbuat aniaya pada bawahannya
.
0 comments:
Post a Comment